Skip to main content

Mulai.

Mimpikupenulis

Holaa...Haloo

Kakang, Teteh, Mbak, Mas!

Assalamu'alaikum,

Post-an ini menjadi blog pertama aku. Aku ini masih seorang pemula yang masih mau belajar. Memulai awalan ini, aku mau berbagi pengalamanku. Lebih tepatnya mau curhat aja si. Apaan sih pembukaan yang alay.
.
.
.



Hari ini aku bercerita tentang rasanya menikmati takdir. Ini hanyalah sedikit kisahku dengan pengalaman patah hati. Bukan masalah percintaan. Ini tentang bagaimana diriku harus berlapang dada. Jadi, kemarin tepat tanggal 24 Maret 2020, pagi hari aku sudah mendapat pesan dari salah satu sosial media. Temanku mempertanyakan kelolosanku dalam seleksi PMDK Poltekkes. Buru-buru aku mengecek website lalu mengunduh file daftar peserta yang diterima. Sedikit besar harapanku untuk diterima mengingat nilai-nilaiku lumayan bagus.


Saat aku meneliti tiap nama yang terpampang di layar ponsel, tidak satupun tertera namaku di sana. Aku ulangi kegiatanku sekali lagi. Tetap saja tidak ada. Seketika aku merasa “Oh gini ya rasanya ditolak, gak lolos seleksi”. Begitu ucapku dalam hati. Perlu digaris bawahi kalau niatku di Poltekkes tidak begitu. Aku hanya mencari cadangan yang kata orang harusnya jadi yang utama. Kenapa? Karena Poltekkes semacam kedinasan, di bawah naunga n Kementerian Kesehatan. Lulus sekolah kedinasan menjamin wisudawan bisa cepat dapat kerja. Inilah yang menjadi harapan keluarga agar diriku tidak bersusah payah mencari kerjaan ke sana ke mari. Terlebih di masa depan dapat diperkirakan melamar pekerjaan itu sulit.


Aku melampiaskan kesedihan hati lewat curhat di media sosial. Di sana aku mengatakan bagaimana keadaan diriku saat itu. Banyak dari temanku yang merespon, baik sekadar dukungan semangat ataupun ada yang memberikan pengalamannya juga ketika bernasib sama sepertiku. Ada salah seorang temanku yang begitu sedih bahkan sampai down. Aku tidak menyangka sebegitu hancurnya perasaan kegagalan bagi sebagian orang. Aku masih suka menganggap remeh perasaan kegagalan tiap orang seolah-olah perasaanku sama dengannya. Wah, itu salah besar, kawan. Aku baru menyadari ketika balasannya yang terkesan dia tidak suka disama-samakan denganku. Saat itulah aku berpikir bahwa aku memang dituntut untuk berhati-hati dalam berbicara dan memahami kondisi seseorang.


Dari pengalamanku itu, sedikit berbagi tentang cara untuk pencegahan dari kekecewaan yang mendalam. Aku adalah salah seorang anggota mentoring di sekolahku. Jadi, terkadang kami membahas tentang topik ini. Kakak metor pernah bilang tetapi ini konteksnya dalam hal meraih keinginan setelah SMA, contohnya kuliah. Kata beliau “Kalau kita menginginkan Universitas A, minta sama Allah. Tapi jangan lupa minta kelapangan hati kalau univ. itu belom jadi rejeki kita”.


Ikhlas. Menerima segala ketentuan Allah, termasuk menerima kalau kita ga jodoh sama doi. Eaa. Fase kecewa memang gak enak rasanya. Ibarat kita udah ambyar kelar di situ aja. Di sinilah ‘mengikhlaskan’ jadi hal yang tersulit. Doa meminta kelapangan hati atau keikhlasan jauh-jauh sebelum kita mendapat berita kekecewaan bisa menjadi langkah untuk meminimalisasi rasa sakit dipatahkan. Minta kepada Allah untuk menjadikan hati kita ikhlas dan yakin atas segala yang kita dapatkan/alami itu sudah menjadi ketentuan Allah. Yakinlah itu yang terbaik buat kita. Suatu saat nanti ada hikmah yang bakal menyadarkan kita akan maksud Allah. Kalau udah masa-masa ini tuh berasa malu karena udah sedih berkepanjangan.

Bukan perkara keinginan yang harus terpenuhi melainkan kebaikan yang akan kau temui

.
.
Jadi segitu aja dulu, terima kasih yang sudah mampir. Sehat terus ya, lagi pandemi #dirumahaja

Wassalamu'alaikum,

Comments

Popular posts from this blog

Bagaimana Kita

Pernah merasa rendah diri? Atau kecil dan gak ada apa-apanya di kehidupan. Boleh merasa itu ketika kita menyadari posisi kita di mata Allah. Insiden tegangnya nunggu pengumuman SNMPTN hari Rabu kemarin itu jadi perasaan yang gak pernah aku lupa. Dari malamnya berniat buat gak buka sosmed selama 1 hari itu, takut hasilnya mengecewakan. Ya sebenernya rasa kecewa itu karena aku berharap dan percaya diri aku keterima. Takdir berkata lain. Aku mendaftar di Gizi UI dan aku ditolak. Lebih sakit daripada ditolak doi. Hehehe...Begitu aku tau dapet lampu merah, ada rasa down  sedikit tapi aku terus ngomong ke diri aku buat kuat dan hal itu gak usah dibawa serius. Yang ada makin susah buat keluar dari perasaan kecewa itu. Sorenya aku buka sosmed. Aku kebanjiran notifikasi masuk yang hampir 99% menanyakan "Gimana snm-nya?". Dapet pesan itu ketika kita tau jawabannya enggak tuh emang gaenak banget. Merasa makin down  karena gak ada yang ngertiin perasaan aku sekarang lagi kenapa. Tapi...